A. Jepang membentuk BPUPKI
Pada
akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang pasifik sudah dalam
keadaan terdesak. Sementara itu di Indonesia,selain digunakan sebagai
basis pertahanan terakhir Jepang, juga digunakan sebagai sumber
kebutuhan bahan mentah bagi Jepang. Kepada bangsa Indinesia, Jepang
berjanji untuk segera memperoleh kemerdekaan.
Untuk
membuktikan janji Jepang tersebut, perdana menteri Jepang, Kuniaki
Koiso, memerintahkan kepada panglima tentara ke-16, jendrak Kumakici
Harada, untuk membentuk sebuah badan penyelidik yang dinamakan BPUPKI,
singkatan dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia,dan dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Coosakai.
Badan ini dibentuk oleh Jepang pada tanggal 1
maret 1045 dengan tujuan untuk menyelidiki hal-hal penting mengenai
tata pemerintah Indonesia. BPUPKI beranggotakan 60 orang, dan ditunjuk
sebagai ketua adalah Mr. Radjiman Wedyodiningrat.
B. Proses penyusunan dasar negara dan Undang-Undang Dasar
Setelah sidang pertama BPUPKI, kemudian rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In
di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung
Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.
Rapat
dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya
29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3
orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan lima asas yaitu:
- Peri kebangsaan.
- Peri ke manusiaan.
- Peri ketuhanan.
- Peri kerakyatan.
- Kesejahteraan rakyat.
Dalam sidang pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu :
- Persatuan.
- Kekeluargaan.
- Keseimbangan lahir batin.
- Musyawarah.
- Keadilan rakyat.
Dalam sidang pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Kelima
asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana
diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan
masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali
disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan
upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila, namun konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.
Sementara
itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI
mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
Sampai rapat pertama
masih belum ditemukan kesepakatan, akhirnya kembali dengan sidang
membentuk panitia kecil yang jumlahnya sembilan orang atau dikenal
sebagsi Panitia Sembilan. Panitia ini bersidang pada tanggal 10 – 16
Juli 1945.
Panitia Sembilan ini
diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan anggota-anggotanya Mohammad Hatta,
Abdul Kahar Muzakir, Mohammad Yamin, Ahmad Soebarjo, A.A. Maramis. Wahid
Hasyim, H. Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosujoso. Panitia kecil ini
menghasilkan rancangan kesepakantan bersama tentang Dasar Negara yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang selesai dibahas pada tanggal 22 juni 1945. Adapun isi Piagam Jakarta tersebut, yaitu :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPUPKI
mengakhiri tugasnya setelah sidang kedua, yaitu setelah sidang berhasil
membuat rancangan UUD petama Indonesia yang menghendaki berdirinya
sebuah Republik Kesatuan dengan jabatan kepresidenan yang kuat serta
menetapkan bahwa negara tersebut tidak hanya meliputi Indonesia, tetapi
juga Malaya dan wilayah jajahan Inggris di Kalimantan (Borneo). Setelah
sidang BPUPKI yang kedua ini, BPUPKI dibubarkan.
Sidang BPUPKI
C. Pembentukan PPKI
Karna keadaan Jepang makin terdesak,lalu Perdana Menteri Jepang Koiso,memutuskan
untuk
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia pada bulan
September.Oleh karena itu dibentuklah suatu panitia untuk mempersiapkan
kemerdekaan yang dinamakan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) yang dalam bahasa jepang Dokuritsu Junbi Inkai yang diketuai oleh Ir.Soekarno.
Pada tanggal 7 Agustus 1945,PPKI diresmikan sesuai keputusan Jendral Besar Terauchi.
Selanjutnya,pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir.Soekarno, Moh.Hatta , dan Radjiman Wedyodiningrat
diundang Jendral Terauchi ke Dalat (Saigon).Tujuan pemanggilan tersebut
untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia,dan mengenai
pelaksanaan-nya.
Kemudian
hal yang tidak terduga pun terjadi Jepang menyerah kalah kepada sekutu
pada tanggal 14 Agustus 1945 setelah kedua kota penting di Jepang,
Hirosima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh sekutu.lalu berita
kekalahan jepang terhadap sekutu didengar oleh para pemuda melalui
siaran radio BBC.Akan tetapi,ketiga pemimipin Indonesia yang diundang ke
Dalat tidak mengetahui berita kekalahan jepang itu.Mereka tiba kembali
ke Jakarta pada tanggal 14 agustus 1945.Tidaklah mengherankan apabila
Ir.Soekarno tidak percaya akan kekalahan Jepang,pada saat sutan syahrir
memberitahukannya.
Bom Hirosima sidang PPKI 1
D. Perbedaan pendapat antar kelompok
Para
pemuda yang tahu telah menyerah pada sekutu lalu ia pun meminta kepada
Ir.Soekarno dan Moh.Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda itu
diantaranya Sukarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, dan Sutan Syahrir. Mereka
disebut sebagai golongan muda.
Lalu
para pemuda itupun mengadakan rapat di Jl.Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Setelah selesai mengadakan rapat wakil dari golongan muda,
yaitu Darwis dan Wikana menyampaikan hasil keputusan rapat kepada
Ir.Soekarno. akan tetapi, kedua pemuda ini merasa kecewa karena jawaban
dari Ir.Soekarno tidak sesuai apa yang diharapkan dari kedua tokoh
pemuda tersebut.
Karena
pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil maka pemuda kembali
berunding. Kali ini tempatnya di jalan Cikini No.71 Jakarta. Mereka
sepakat bahwa proklamasi itu diadakan oleh bangsa sendiri tanpa menunggu
hadiah dari Jepang. Mereka sepakat untuk mengamankan Ir.Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan agar mereka tidak
diperalak atau dipengaruhi oleh Jepang.
Peristiwa
Rengasdengklok ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 04.00
dini hari. Bung Karno beserta istrinya, Ibu Fatmawati, dan bayinya,
Guntur, sreta Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke
Rengasdengklok.Sementara itu, Ahmad Soebardjo yang pada waktu itu di
Jakarta sangat khawatir akan keselamatan Ir.Soekarno dan Drs.Moh Hatta.
Setelah mencari informasi akhirnya ia pun mengetahaui bahwa Soekarno dan
Moh.Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Saat itu ia pun segera pergi ke
Rengasdengklok.
Sesampainya
di Rangedengklok,ia pun mendengarkan para pemuda menjelaskan kenapa
Soekarno-Hatta diculik, setelah mendengarkan ia pun menjamin bahwa
proklamasi akan di umumkan paling lambat 17 Agustus 1945 pukul 12.00
siang. Akhirnya semua kembali ke Jakarta guna mempersiapakan Proklamasi
Kemerdekaan.
Teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia disusun pada tanggal 16 Agustus 1945 tepat nya
dirumah Laksamana Muda Maeda, yang beralamat di Jalan Imam Bonjol Nomor 1
Jakarta
Akhirnya,menjelang dini hari tanggal 17 Agustus 1945, naskah proklamasi selesai disusun. Kalimat pertama berbunyi : Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia kalimat tersebut disampaikan Ahmad Soebardjo.Kalimat kedua merupakan sumbangan ide dari Bung Hatta : Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Adapun Bung
Karno dalam hal ini adalah sebagai penulisan naskah konsep proklamasi.
Setelah naskah selesai akhirnya naskah itu ditandatangani oleh Bung
Karno.
Setelah
semua setuju, konsep naskah proklamasi yang ditulis oleh Ir.Soekarno
lalu diketik oleh sayuti melik.Naskah yang diketik disebut naskah
autentik (resmi).
Naskah Proklamasi Konsep Naskah Proklamasi autentik
E.Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Persiapan
pembacaan proklamasi sudah dilakukan sejak tadi pagi tanggal 17 Agustus
1945 di JL.Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Bendera merah putih sudah
disiapkan beberapa waktu sebelumnya oleh Ibu Fatmawati.Persiapan lainnya
adalah tiang bendera yang terbuat dari bamboo.Selain itu, sebuah
mikrofon yang sudah usang.Semua itu diatur oleh pemuda anggota Barisan
Pelopor,yaitu : Sudiro dan Suhud.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jum’at, dengan susunan acara nya sebagai berikut :
1. Pidato singkat dari Ir.Soekarno yang dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi.
2. Pengibaran bendera merah putih,yang dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendraningrat dengan diiringi lagu Indonesia Raya.
3. Sambutan dari walikota Suwiryo dan dr.Mawardi.
Pembacaan naskah oleh Ir Soekarno Pengibaran Bendera Merah Putih
Tepat
pukul 10.00 WIB, Bung Karno melaksanakan cita-cita perjuangan bangsa
yang sudah lama diharapkan, dengan suara yang lantang, Bung Karno
membacakan teks proklamasi yang didahului pidato singkat.
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sudah dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus
1945. Proklamasi merupakan jembatan emas yang mengantarkan bangsa
Indonesia untuk mencapai kehidupan baru, yaitu kehidupan yang bebas dari
tekanan dan penjajahan bangsa lain. Proklamasi kemerdekaan juga
merupakan titik perjuangan bangsa indonesia untuk mengantarkan ke pintu
gerbang kemerdekaan.
F. Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan
Penyebaran
Kemerdekaan Indonesia sudah di bacakan pada tanggal 17 Agustus
1945.Proklamasi Kemerdekaan merupakan berita yang sangat di nanti-nanti
oleh segenap bangsa indonesia.Oleh karena itu, berita proklamasi
tersebut segera disebarkan, baik kedalam maupun keluar.Penyebarluasan
berita proklamasi tersebut di lakukan dengan beberapa media (antara lain
melalaui media radio dan kantor berita, surat kabar dan
selebaran-selebaran surat daerah.
1. Radio dan Kantor Berita
Walaupun
masih dikuasai Jepang, berita proklamasi berhasil disebarluaskan
melalui radio. Toko yang berjasa dalam penyebarluasan berita proklamasi
melalui radio tersebut adalah Yusuf Ronodipuro dan Maladi.Demikian
halnya dengan peran kantor berita Jepang yang bernama Domei ( Sekarang
Antara). Melalui Kantor berita tersebut, berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia berhasil disebarluaskan ke Luar negeri.
2. Surat Kabar dan Selebaran-selebaran
Surat kabar yang pertama memuat berita Kemerdekaan Indonesia adalah Tjahaja yang terbit di Bandung dan Soeara Asia yang
terbit di Surabaya. Selain itu, berita proklamasi juga disebarkan
melalui selebaran-selebaran yang ditempelkan di tempat-tempat yang
strategis dan juga di gerbang-gerbang kereta.
3. Para Utusan Daerah
Berita
proklamasi juga desebarkan melalui utusan-utusan dari berbagai daerah.
Para utusan tersebut sebelumnya ikut menyaksikan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Para utusan yang menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Teuku Mohammad Hasad dari Aceh
2. Sam Ratulangi dari Sulawesi
3. A.A Hamidan dari Kalimantan, dan
4. Ktut Pudja dari Bali
G. Dukungan Dari Berbagai Daerah Terhadap Proklamasi
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat
contohnya adalah pelaksanaan rapat raksasa dilapangan Ikada dan
pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
1. Rapat Raksasa Dilapangan Ikada
tanggal
19 september 1945 diselenggarakan rapat di Lapangan Ikada (sekarang
lapangan monas). Rapat tersebut merupakan salah satu bentuk dukugan
rakyat terhadap proklamasi. Setelah menunggu, akhirnya presiden Soekarno
dan pemimpin-pemimpin yang lain tiba. Presiden Soekarno tidak jadi
berpidato tetapi hanya menyampaikan pesan, yang isi nya antara lain
meminta rakyat agar tetap percaya pada pemimpinnya. Kemudian rakyat yang
hadir dimohon pulang dengan tenang sehingga dapat dihindarkan bentrokan
dengan Jepang .
Rapat Raksasa Lapangan Ikada
2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Yogyakatra
pada tanggal 5 september 1945 beliau menyatakan dukungannya terhadap
proklamasi 17 agustus 1945 dukungannya itu disampaikan melalui
pernyataan sebagai berikut :
a. bahwa negri Ngayogyakarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari negara republic Indonesia
b. bahwa
kami sebagai kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri
Ngayogyakarto Hadiningrat , dan oleh karna itu, berhhubungan dengan
keadaan pada dewasa ini, segala urusan negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mulai saat inni berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya,
c. Bahwa perhubungan antara negeri Ngayogyakarto Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara Republik Indonesia bersifat langsung, dan kami bertanggung jawab atas negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia .
Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mengindahkan amanat kami ini”
Ngayogyakarto Hadiningrat, 28 puasa, ehe, 1876 (5 september 1945)
3.Peristiwa Heroik di Berbagai Daerah
a. Insiden Surabaya.
Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) menjadi bendera Indonesia (Merah-Putih) di Hotel Yamato Surabaya (sekarang Hotel Majapahit Surabaya) pada tanggal 18 September 1945 yang didahului oleh gagalnya perundingan antara Sudirman (residen Surabaya) dan Mr. W.V.Ch Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda.
Gerakan pengibaran bendera Indonesia
Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel Yamato
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan dikeluarkannya maklumat pemerintahan Soekarno31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih
dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran
bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. tanggal
Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya bendera Indonesia dikibarkan. Antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan, gedung Gubernuran sekarang, Jalan Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempeitai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas Gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera Indonesia datang ke TambaksariStadion Gelora 10 November) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya. (lapangan
Saat
rapat tersebut lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih
disertai pekik 'Merdeka' yang diteriakkan massa. Pihak Kempeitai telah
melarang diadakannya rapat tersebut tidak dapat menghentikan dan
membubarkan massa rakyat Surabaya tersebut. Klimaks gerakan pengibaran
bendera di Surabaya kemudian terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato atau Oranje Hotel (sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Kedatangan tentara Inggris dan Belanda dalam AFNEI
Mula-mula Jepang dan Indo-Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun suatu organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang. Terbentuknya komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross).
Namun, berlindung dibalik Intercross mereka melakukan kegiatan politik.
Mereka mencoba mengambil alih gudang-gudang dan beberapa tempat telah
mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18 September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.
Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees: Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).
Pengibaran bendera Belanda
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda
(Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di
tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan
harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka
menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak
mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan
pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Kabar
tersebut tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan
dalam tempo singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus
mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang
berdampingan penuh massa yang diwarnai amarah. Di sisi agak belakang
halaman hotel, beberapa tentara Jepang berjaga-jaga untuk mengendalikan
situasi tak stabil tersebut.
Gagalnya perundingan Sudirman dan Ploegman
Tak lama setelah mengumpulnya massa tersebut, Residen Sudirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu,
sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang
melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan
Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan
kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari
gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk
menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan
Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik
oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang
berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Sudirman
dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.
Perobekan bendera Belanda
Hotel Majapahit Surabaya yang kini dikelola oleh Mandarin Oriental.
Di
luar hotel, para pemuda yang mengetahui berantakannya perundingan
tersebut langsung mendobrak masuk ke Hotel Yamato dan terjadilah
perkelahian di lobi hotel. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel
untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Kusno Wibowo
berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan
mengereknya ke puncak tiang kembali. Peristiwa ini disambut oleh massa
di bawah hotel dengan pekik 'Merdeka' berulang kali.
Peran peristiwa dalam Perang Kemerdekaan Indonesia
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945
meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara AFNEI.
Serangan-serangan kecil itu ternyata dikemudian hari berubah menjadi
serangan umum yang memakan banyak korban baik di militer Indonesia dan Inggris maupun sipil di pihak Indonesia. Akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarnogencatan senjata. Gencatan senjata tersebut gagal dan ditambah dengan matinya Brigadir Jenderal Mallaby, berakibat pada dikeluarkannya ultimatum 10 November oleh pihak Inggris dan terjadinya Pertempuran 10 November yang terbesar dan terberat dalam sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia dan ditetapkan menjadi Hari Pahlawan. untuk meredakan situasi dan mengadakan
b.Insiden di Yogyakarta
Perebutan
kekuasaan di Yogyakarta dimulai pada tanggal 26 September 1945. Semua
pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang
mengadakan aksi pemogokan. Mereka pun memaksa untuk menyerahkan semua
kantor berita kepada Pemerintah Republik Indonesia. Tanggal 27 September
1945, Komite Nasional daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa Yogyakarta
telah berada ditangan Perintah republic Indonesia.
No comments:
Post a Comment