Monday, 9 May 2016

Kegagalan Terdalam, Gagal UN, Gagal SNMPTN 2016

            Hey perkenalkan namaku Gita, sekarang ini aku sudah lulus UN dengan nilai yang Sangat Buruk. Ya kenapa aku bilang sangat buruk, nanti kalian juga tau. Sebelum aku lanjut  aku mau menceritakan tentang sedikit banyak kisah hidupku.
            Aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara sebuah keluarga kecil di desa yang menyimpan banyak cerita, ayah dan ibuku hanya mampu bekerja sangat keras untuk membiayai kami bertiga. Ya sebagai anak pertama, sejak kecil aku menjadi bisa dibilang anak kebanggaan, mengapa tidak? Sejak TK aku selalu saja meraih peringkat satu dikelas, hal itu berlanjut hingga SD, bahkan ketika SD aku memberanikan diri pergi ke kota orang ikut dengan paman dan bibiku disana. Walau aku pindah ke kota, peringkat yang baik masih bisa aku raih. Hingga aku tamat SD, prestasi masih ikut bersamaku. SMP masa smp aku lalui dengan biasa- biasa saja tapi beruntunglah sang prestasi masih selalu mendampingiku bahkan aku meraih peringkat umum di sekolah hingga akhir masa SMP ku. Nah ini dia ketika sang prestasi sudah mulai berniat pergi dariku, nilai UN SMP ku biasa- biasa saja menyebabkan aku tak bisa lanjut ke sekolah unggulan di kotaku, latihan soal, tes semua sudah aku lakukan namun tetap saja aku masih tidak bisa masuk ke sekolah idamanku dari dulu itu.
            Akibatnya aku tetap merantau dan bersekolah di sebuah SMA kota yang letaknya agak pinggiran. Memang benar masa SMA mempunyai banyak cerita pahit dan manis. Awalnya bagiku ketika MOS itu cobaan yang sangat memberatkan hati. Tugas banyak dan tidak jelas, tidak punya satupun teman, dan aku tinggal bersama paman dan bibiku yang lain ya demi mengirit mengeluaran, untunglah mereka berbaik hati mengajakku tinggal gratis disana. Kembali lagi dimasalah MOS, itu menjadi 1 minggu yang penuh ketakutan , datang pagi jam 3, dibentak –bentak , jujur sana baru kali ini aku pernah dibentak seperti itu tanpa kesalahan yang jelas. Dijemur berjam-jam, berlari mengejar senior, memelas agar diberi tandatangan. Jujur saja hal itu sempat membuat aku menangis pahit dimalam hari ketika mengerjakan puluhan lembar doubel polio itu.
            Tapi benar saja , “waktu pasti berlalu” masa MOS itu bisa aku lewati dengan susah payah. Tapi ketahuilah karena mos yang berat tersebut membuat mental aku semakin kuat dimasa SMA ini. Aku memulai masa SMA aku dengan baik , aku aktif dipramuka dan ketika diklat yang berat itu sama sekali mentalku tak pernah goyah ketika dibentak dan dihukum. Selain pramuka aku juga aktif di Ekstra Karya Tulis, aku mengembangkan kemampuan komunikasiku dengan baik disana. Aku bertemu seorang guru yang sangat menginspirasi diekstra tersebut, beliau membimbingku dan mempercayaiku sehingga aku pun mulai percaya diri dengan kemampuanku. Aku mengembangkan kemampuan tulisku disana, sampai akhirnya aku mengikuti banyak lomba Karya Tulis dan Esay. Ya kemenangan sering aku raih hingga aku dikenal oleh guru-guru disekolah, namun yang mereka lihat hanyalah kemenanganku, sebenarnya ada banyak kegagalan yang aku dapatkan.
            Bukan hanya di ekstra kir saja aku mendapat prestasi, di ekstra pramuka pun aku merupakan orang yang dipercaya dan diandalkan untuk melakukan segala sesuatu, ya begitulah karena diberi kepercayaan aku melakukan semuanya dengan kemampuan terbaikku. Ya akhirnya “jabatan” yang baik aku dapatkan. Sekali lagi tak hanya itu Juara Umum pun terus aku raih, walau bukan Umum I. Dikelaspun aku menjadi orang yang bisa dipercaya sehingga aku menjadi ketua kelas. Ya jika orang lain, terlebih adik kelas melihat pasti kagum dengan aku, bukan aku menyombongkan diri tapi hal seperti itu cukup membuat aku bangga menjadi diriku sendiri. Orang mungkin sering melihat semua prestasi itu sebagai semua keberuntungan, tapi ini adalah sebuah kerja keras dan sebenarnya aku sangat tertekan akibat semua yang telah aku raih itu. Semakin banyak prestasi yang aku raih, semakin besar tekanan yang aku dapatkan.
            Jujur saja, hari demi hari aku lalui begitu berat semua makin menekanku, konsentrasiku mulai goyah. Sekeras apapun aku berkonsentrasi semua pecah, takut prestasiku menurut, takut dikucilkan. Hingga akhir aku masih berkerja dan mencoba mati-matian, aku mencobanya dengan banyak hal sering belajar kelompok, les, belajar hingga malam. Semua aku jalani dengan tanpa banyak pikiran, aku mencoba terlihat tetap tenang dan baik baik saja. Namun ketika sendiri tekanan itu datang silih berganti. Tekanan sebagai anak pertama yang harus sukses, anak yang sudah menjadi harapan keluarga, anak yang memiliki banyak prestasi, anak yang harus menjadi panutan yang baik, dan anak yang sering dibangga-banggakan.
            Walau sudah sangat berusaha keras, sampai akhir juara umum masih aku raih. Aku kembali menata impianku untuk bersekolah , sekarang di universitas faforite. Awalnya aku bingung menentukan jurusan apa yang sesuai denganku,  akhirnya dengan bekal nilai rapor dan prestasiku selama ini aku memberanikan diri melamar di universitas terkenal di pulau jawa. Mimpiku saat itu hanya satu bergabung diuniversitas tersebut. Selain itu aku juga melamar sekolah kedinasan dalam negeri, semua persyaratan aku lengkapi dari scan, foto dan lain-lainnya.
            Setelah proses melamar kuliah melalui SNMPTN 2016 tersebut, aku masih berkutik dan berusaha keras untuk menghadapi Ujian Nasional. Nah ditahun ini pemerintah sih bilang UN 2016 nya UN berintegritas alias ga boleh nyontek. Jadi dari awal sekolahku sudah mewanti wanti ngasi tahu untuk mengutamakan integritas , juga UN kali ini tidak berpengaruh dengan kelulusan, itu sih kalimat yang sering diucapkan sekolah kepada kami sebelum ujian nasional. Sebenarnya berintegritas itu tak masalah bagi aku sendiri, karena dari SMP pertama 20 paket dan sama sekali tidak ada bantuan dari sekolah, secuil pun. Ya makanya sih nilainya pas pasan.
            Aku pun hampir sekelas berniat jujur, selain itu sebagian dari kami tidak punya keahlian dan keberanian untuk menyontek. Ujian Nasional pun berlalu, kami semua mengisi liburan kami dengan hal biasa biasa saja sampai akhirnya hal terburuk menimpa kami semua.
            Ditanggal 7 kami melihat nilai UN kami semua nilai nya 3 sekian bahkan ada yang lebih kecil. Aku sendiri dimata pelajaran faforite dapet nilai 4 yang udah pasti remidi. Pokoknya tahun ini hasil UN disekolah kami buruk. Temen temen satu kelas udah ngerasa banget nilai buruk dan hanya diem dirumah. Gak tertarik ikut konvoi- konvoian.
            Karena lulus dengan nilai sangat buruk, satu-satunya harapan adalah menunggu keajaiban SNMPTN. Hari itu sangat berat keyakinanku mulai mengendor, rasanya lulus sudah hanya menjadi mimpi. Benar saja “anda dinyatakan tidak lulus SNMPTN” tulisannya diblok merah. Seketika hati ini sesak, berat sekali rasanya aku bernafas. Sekali lagi aku menguatkan diriku untuk tetap tegar. Kali ini sama sekali tangisku tidak keluar, entah karena tidak sedih atau terlalu kecewa, yang kurasakan hanya pedih dan menarik nafas yang begitu berat. Rencananya aku memberi tahu ibuku, aku menelponnya tapi baru mendengar suaranya itu sesak tiba tiba terasa didadaku, nafas begitu berat aku tarik. Aku tutup teleponnya dan satu satunya cara adalah SMS. Aku sms tentang semua kejelasan akan kegagalanku, dibalasnya hanya “Iya”, aku balas kembali “maaf” .  Aku tak tahu harus berbicara apa dengan mereka jujur saja aku bukan orang yang suka beralasan, rasanya lebih baik aku yang disalahkan. Selain tidur tak ada hal lain yang aku lakukan. Ibu pulang kerumah tanpa bicara apapun denganku masalah itu, begitu juga dengan bapakku.

            Ya.. yang bisa kulakukan adalah memendam kekecewaan besar aku sendiri, merasakan perihnya sendiri. Tak ada yang bisa aku ceritakan, ya hanya diam yang membuat aku tenang. Bahkan sahabat yang selama ini aku anggap selalu ada malah terus menertawakan kegagalanku ini. Aku tak keberatan di tertawakan karena mungkin kegagalan ini pantas untuk ditertawakan, kenapa tidak ini semua kegagalan dari seorang yang selalu beruntung selama ini.
            Hanya teman-temanku yang selalu memberi suport, perhatian yang membuat aku sedikit bangkit dari kesesakkan dada ini dan seseorang yang selalu mensuport aku sejak kita kenal. Bersedia mendengar keluh kesahku, tapi walau begitu aku tak tega membagi cerita penderitaan itu padanya karena sebenarnya posisi kita sama.


            Dan hingga tulisan ini dibuat aku masih belum bangkit dari keterpurukan ini, aku harap orang orang yang berada diposisi yang sama denganku , bisa bangkit. Aku ingin bicara bahwa kalian yang gagal tidak sendiri.

No comments: