Hey perkenalkan namaku Gita, sekarang ini aku sudah lulus
UN dengan nilai yang Sangat Buruk. Ya kenapa aku bilang sangat buruk, nanti
kalian juga tau. Sebelum aku lanjut aku
mau menceritakan tentang sedikit banyak kisah hidupku.
Aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara sebuah
keluarga kecil di desa yang menyimpan banyak cerita, ayah dan ibuku hanya mampu
bekerja sangat keras untuk membiayai kami bertiga. Ya sebagai anak pertama,
sejak kecil aku menjadi bisa dibilang anak kebanggaan, mengapa tidak? Sejak TK
aku selalu saja meraih peringkat satu dikelas, hal itu berlanjut hingga SD,
bahkan ketika SD aku memberanikan diri pergi ke kota orang ikut dengan paman
dan bibiku disana. Walau aku pindah ke kota, peringkat yang baik masih bisa aku
raih. Hingga aku tamat SD, prestasi masih ikut bersamaku. SMP masa smp aku
lalui dengan biasa- biasa saja tapi beruntunglah sang prestasi masih selalu
mendampingiku bahkan aku meraih peringkat umum di sekolah hingga akhir masa SMP
ku. Nah ini dia ketika sang prestasi sudah mulai berniat pergi dariku, nilai UN
SMP ku biasa- biasa saja menyebabkan aku tak bisa lanjut ke sekolah unggulan di
kotaku, latihan soal, tes semua sudah aku lakukan namun tetap saja aku masih
tidak bisa masuk ke sekolah idamanku dari dulu itu.
Akibatnya aku tetap merantau dan bersekolah di sebuah SMA
kota yang letaknya agak pinggiran. Memang benar masa SMA mempunyai banyak
cerita pahit dan manis. Awalnya bagiku ketika MOS itu cobaan yang sangat
memberatkan hati. Tugas banyak dan tidak jelas, tidak punya satupun teman, dan
aku tinggal bersama paman dan bibiku yang lain ya demi mengirit mengeluaran,
untunglah mereka berbaik hati mengajakku tinggal gratis disana. Kembali lagi
dimasalah MOS, itu menjadi 1 minggu yang penuh ketakutan , datang pagi jam 3,
dibentak –bentak , jujur sana baru kali ini aku pernah dibentak seperti itu
tanpa kesalahan yang jelas. Dijemur berjam-jam, berlari mengejar senior,
memelas agar diberi tandatangan. Jujur saja hal itu sempat membuat aku menangis
pahit dimalam hari ketika mengerjakan puluhan lembar doubel polio itu.
Tapi benar saja , “waktu pasti berlalu” masa MOS itu bisa
aku lewati dengan susah payah. Tapi ketahuilah karena mos yang berat tersebut
membuat mental aku semakin kuat dimasa SMA ini. Aku memulai masa SMA aku dengan
baik , aku aktif dipramuka dan ketika diklat yang berat itu sama sekali
mentalku tak pernah goyah ketika dibentak dan dihukum. Selain pramuka aku juga
aktif di Ekstra Karya Tulis, aku mengembangkan kemampuan komunikasiku dengan
baik disana. Aku bertemu seorang guru yang sangat menginspirasi diekstra
tersebut, beliau membimbingku dan mempercayaiku sehingga aku pun mulai percaya diri
dengan kemampuanku. Aku mengembangkan kemampuan tulisku disana, sampai akhirnya
aku mengikuti banyak lomba Karya Tulis dan Esay. Ya kemenangan sering aku raih
hingga aku dikenal oleh guru-guru disekolah, namun yang mereka lihat hanyalah
kemenanganku, sebenarnya ada banyak kegagalan yang aku dapatkan.
Bukan hanya di ekstra kir saja aku mendapat prestasi, di
ekstra pramuka pun aku merupakan orang yang dipercaya dan diandalkan untuk
melakukan segala sesuatu, ya begitulah karena diberi kepercayaan aku melakukan
semuanya dengan kemampuan terbaikku. Ya akhirnya “jabatan” yang baik aku
dapatkan. Sekali lagi tak hanya itu Juara Umum pun terus aku raih, walau bukan
Umum I. Dikelaspun aku menjadi orang yang bisa dipercaya sehingga aku menjadi
ketua kelas. Ya jika orang lain, terlebih adik kelas melihat pasti kagum dengan
aku, bukan aku menyombongkan diri tapi hal seperti itu cukup membuat aku bangga
menjadi diriku sendiri. Orang mungkin sering melihat semua prestasi itu sebagai
semua keberuntungan, tapi ini adalah sebuah kerja keras dan sebenarnya aku
sangat tertekan akibat semua yang telah aku raih itu. Semakin banyak prestasi
yang aku raih, semakin besar tekanan yang aku dapatkan.
Jujur saja, hari demi hari aku lalui begitu berat semua
makin menekanku, konsentrasiku mulai goyah. Sekeras apapun aku berkonsentrasi
semua pecah, takut prestasiku menurut, takut dikucilkan. Hingga akhir aku masih
berkerja dan mencoba mati-matian, aku mencobanya dengan banyak hal sering
belajar kelompok, les, belajar hingga malam. Semua aku jalani dengan tanpa
banyak pikiran, aku mencoba terlihat tetap tenang dan baik baik saja. Namun
ketika sendiri tekanan itu datang silih berganti. Tekanan sebagai anak pertama
yang harus sukses, anak yang sudah menjadi harapan keluarga, anak yang memiliki
banyak prestasi, anak yang harus menjadi panutan yang baik, dan anak yang
sering dibangga-banggakan.
Walau sudah sangat berusaha keras, sampai akhir juara
umum masih aku raih. Aku kembali menata impianku untuk bersekolah , sekarang di
universitas faforite. Awalnya aku bingung menentukan jurusan apa yang sesuai
denganku, akhirnya dengan bekal nilai
rapor dan prestasiku selama ini aku memberanikan diri melamar di universitas
terkenal di pulau jawa. Mimpiku saat itu hanya satu bergabung diuniversitas
tersebut. Selain itu aku juga melamar sekolah kedinasan dalam negeri, semua
persyaratan aku lengkapi dari scan, foto dan lain-lainnya.
Setelah proses melamar kuliah melalui SNMPTN 2016
tersebut, aku masih berkutik dan berusaha keras untuk menghadapi Ujian
Nasional. Nah ditahun ini pemerintah sih bilang UN 2016 nya UN berintegritas
alias ga boleh nyontek. Jadi dari awal sekolahku sudah mewanti wanti ngasi tahu
untuk mengutamakan integritas , juga UN kali ini tidak berpengaruh dengan
kelulusan, itu sih kalimat yang sering diucapkan sekolah kepada kami sebelum
ujian nasional. Sebenarnya berintegritas itu tak masalah bagi aku sendiri,
karena dari SMP pertama 20 paket dan sama sekali tidak ada bantuan dari
sekolah, secuil pun. Ya makanya sih nilainya pas pasan.
Aku pun hampir sekelas berniat jujur, selain itu sebagian
dari kami tidak punya keahlian dan keberanian untuk menyontek. Ujian Nasional
pun berlalu, kami semua mengisi liburan kami dengan hal biasa biasa saja sampai
akhirnya hal terburuk menimpa kami semua.
Ditanggal 7 kami melihat nilai UN kami semua nilai nya 3
sekian bahkan ada yang lebih kecil. Aku sendiri dimata pelajaran faforite dapet
nilai 4 yang udah pasti remidi. Pokoknya tahun ini hasil UN disekolah kami
buruk. Temen temen satu kelas udah ngerasa banget nilai buruk dan hanya diem
dirumah. Gak tertarik ikut konvoi- konvoian.
Karena lulus dengan nilai sangat buruk, satu-satunya
harapan adalah menunggu keajaiban SNMPTN. Hari itu sangat berat keyakinanku
mulai mengendor, rasanya lulus sudah hanya menjadi mimpi. Benar saja “anda
dinyatakan tidak lulus SNMPTN” tulisannya diblok merah. Seketika hati ini
sesak, berat sekali rasanya aku bernafas. Sekali lagi aku menguatkan diriku
untuk tetap tegar. Kali ini sama sekali tangisku tidak keluar, entah karena
tidak sedih atau terlalu kecewa, yang kurasakan hanya pedih dan menarik nafas
yang begitu berat. Rencananya aku memberi tahu ibuku, aku menelponnya tapi baru
mendengar suaranya itu sesak tiba tiba terasa didadaku, nafas begitu berat aku
tarik. Aku tutup teleponnya dan satu satunya cara adalah SMS. Aku sms tentang
semua kejelasan akan kegagalanku, dibalasnya hanya “Iya”, aku balas kembali “maaf”
. Aku tak tahu harus berbicara apa
dengan mereka jujur saja aku bukan orang yang suka beralasan, rasanya lebih
baik aku yang disalahkan. Selain tidur tak ada hal lain yang aku lakukan. Ibu
pulang kerumah tanpa bicara apapun denganku masalah itu, begitu juga dengan
bapakku.
Ya.. yang bisa kulakukan adalah memendam kekecewaan besar
aku sendiri, merasakan perihnya sendiri. Tak ada yang bisa aku ceritakan, ya
hanya diam yang membuat aku tenang. Bahkan sahabat yang selama ini aku anggap
selalu ada malah terus menertawakan kegagalanku ini. Aku tak keberatan di
tertawakan karena mungkin kegagalan ini pantas untuk ditertawakan, kenapa tidak
ini semua kegagalan dari seorang yang selalu beruntung selama ini.
Hanya teman-temanku yang selalu memberi suport, perhatian
yang membuat aku sedikit bangkit dari kesesakkan dada ini dan seseorang yang
selalu mensuport aku sejak kita kenal. Bersedia mendengar keluh kesahku, tapi
walau begitu aku tak tega membagi cerita penderitaan itu padanya karena
sebenarnya posisi kita sama.
Dan hingga tulisan ini dibuat aku masih belum bangkit
dari keterpurukan ini, aku harap orang orang yang berada diposisi yang sama
denganku , bisa bangkit. Aku ingin bicara bahwa kalian yang gagal tidak
sendiri.
No comments:
Post a Comment