Kurikulum
Aku sangat ingin protes
ke pemerintah, “pak, kenapa angkatan saya yang selalu menjadi percobaan”. Dari
SD ujian berpaket, SMP, 20 Paket, SMA, K13, Soal UN irisan 2 kurikulumlah dan
masih banyak aturan yang selalu diujicobakan di angkatan ini. Aku sendiri
bingung walau sudah berubah kurikulum rasanya pendidikan di negara ini masih
jalan ditempat. Kenapa tidak banyak hal yang rancu di K-13 ini, sehingga guru
pun bingung akan mengajarkan apa. Terkadang dibeberapa pelajaran tidak ada
hasil yang jelas atas tujuan pembelajaran saat itu.
Sekolah
Aku saranin ni buat
sekolah-sekolah diluar sana jangan sok tanpa strategi gitu. Kalau mau
lulusannya berhasil diuniversitas faforite. Seharusnya sekolah bisa menetapkan
kebijakan mengenai pemberian nilai di rapor serta KKM itu penting banget. Satu
hal yang paling penting adalah jangan memberi nilai siswa naik turun, kenapa? “
itukan tergantung gurunya, tiap tingkat gurunya kan berbeda”. Guru berbeda
tidak masalah, paling tidak diawal semester guru-guru bisa rapat dan menegaskan
kalau tidak boleh menurunkan nilai siswa. Atau konsisten sama kkm sekolah lah
“Nilai ulangannya jelek
jelek, sehingga harus diturunkan”
Hallo secara logika,
tidak ada orang yang berubah menjadi lebih bodoh, yang ada adalah seseorang
yang tidak bisa berkembang bersamaan dengan perkembangan teman-temannya.
Jadi yang harus
berpikir adalah guru-guru pengajar di kelas 1, jangan memberi nilai yang tinggi
yang nantinya tidak bisa dipertanggung jawabkan selama 2 tahun kedepannya.
Kemudian untuk bapak ibu guru terhormat yang mengajar di kelas 2 dan 3,
sekalipun keliatannya siswa tersebut lebih bodoh, dia hanya tidak berkembang
bukan menjadi lebih bodoh, mungkin cara mengajar atau lingkungan yang
menyebabkan anak itu tidak bisa berkembang. Jadi tidak usah memberi nilai lebih
rendah cukup beri nilai sama dari sebelumnya.
Jadi jangan gaya tidak
melakukan strategi itu jika ingin siswanya lulus universitas, karena kebanyakan
sekolah nantinya menyalahkan siswanya(alumni) karena tidak lulus universitas.
Padahal ni kegagalan utama adalah nilai rapor.
Ujian Nasional
Tahun ini ujian
nasional didorong untuk menjadi ujian nasional yang berintegritas. Oke ga
masalah buat anak yang memang berintegritas, tapi mau gak semua pihak berintegritas?.
Sama kayak gini, kita 100% jujur menjawab soal UN, trus dapet hasil jelek
banget. Yang ditanya orang orang adalah “ berapa nem kamu?”. Bener juga sih
pertanyaannya memangnya di SKHUN dipajang berapa persen integritas kamu? . Saat
melamar pekerjaan memangnya ditanya “ini nilai UN seberapa jujur kamu jawab?” .
Walau ga jujur bilang aja 100% berintegritas, ya kan tidak bisa dibuktikan.
Okey itu tadi buat yang
berintegritas, nah ini buat yang kurang berintegritas, dapet nilai gede “wah
gede nemmu, dapet kunci gak?” yaa yang jujur bakal jawab, dapet “Yaa biasa UN
kayak gitu dulu aku juga dapet” . Jadi kamu dikucilkan karena tidak
berintegritas? .
Kalau menurut aku, UN
berintegritas bukan satu satunya cara yang harus diperbaiki dari pendidikan diIndonesia.
Bukan siswanya yang salah karena mencari jawaban sana sini, tapi
oknum-oknumnya, nah sekarang siapa oknum-oknumnya?. Diawal pasti pemerintah itu
sendiri, soal UN buatan siapa? Ya pemerintah. Trus yang punya akses ? ya
pemerintah. Jadi tolong benahi dulu itu sistem dan orang -orang
dipemerintahannya. Gak cuman ngomongin pemerintah di dinas pendidikan aja ya,
nyinggung-nyinggung dikit itu.. terlalu banyak contoh pejabat publik yang
kelakuannya buruk. Itu mohon diperbaiki dong biar pemegang jabatan tersebut
ber”integritas”, seperti yang dituntut-tuntunkan ke kita.
Satu lagi, itu
bimbel-bimbel (mohon maaf ya) tolong diperhatiin, diketatin soalnya kebanyakan
selama ini kunci itu dapetnya dibimbel-bimbel (ini bukti dilapangan ya). Ya
wajarlah, mereka kan ingin yang ikut bimbel sukses semua sehingga yang masuk
bimbel nambah terus, keuntungan pun lancar. “eh ikut bimbel A yuk, itu kk aku
lulus nilai sempurna baru ikut bimbel A” . Jujur cara itu manjur banget buat
ngajakin orang buat ikut bimbel. Jadi bimbel juga mesti dikasi aturan atau kode
etik gitu deh.
No comments:
Post a Comment