Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya makalah pelajaran Agama Hindu kelas X ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan Buku Agama Hindu Widya Dharma.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
mambantu para siswa-siswi mengikuti pembelajaran. Karena materi yang terkandung
dalam makalah ini lengkap dan ringkas karena berdasarkan dari buku paket.
Selain kelengkapan isi juga dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi yang
membuat para siswa menjadi tertarik untuk membaca.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada teman-teman dan guru yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa tiada gading
yang tidak retak. Demikian juga halnya dengan makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
teman-teman semua dalam memahami pelajaran Agama Hindu, dan membantu dalam
proses belajar.
Singaraja, 20 Januari 2014
Hormat Kami,
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Daftar isi 2
Bab I Pendahuluan ......... 3
a. Latar belakang ......... 3
b. Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
c. Tujuan ......... 3
Bab II Pembahasan ......... 4
a.
Pengertian catur
warna.............................................................................................. 4
b.
Pengertian catur asrama............................................................................................ 5
c.
Pengertian catur
Purusa Arta………………………………………………………………………........... 7
d.
Hubungan catur warna
dengan catur asrama............................................................ 8
e.
Hubungan catur asrama
dengan catur purusa arta................................................... 10
f.
Contoh – contoh
kehidupan catur warna dan catur asrama...................................... 11
Bab III Penutup
a. Kesimpulan ......... 13
b. Daftar Pustaka ......... 13
c. Test ....................................................................................................... 14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Agama Hindu memiliki kerangka dasa yang dapat
dipergunakan oleh umat sebagai landasan untuk memahami, mendalami, dan menagamalkan ajaran-ajarannya
dalam kehidupan sehari -hari. Kerangka dasar tersebut terdiri dari tiga unsur
yaitu Tattwa/filsafat, susila/etika, dan upacara/Ritual. Ketiga unsur kerangka dasar itu merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Untuk dapat memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran Agama Hindu secara
utuh dalam kehidupan sehari-hari maka setiap umat Hindu memiliki kewajiban
menjadikan kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan demikian, mereka dapat
mewujutkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia. Untuk kali
ini kami disini akan membahas mengenai susila/etika. Ethika merupakan ajaran
perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang perilaku (karma).
Menurut kitab suci manusia hendaknya selalu mengupayakan perilaku yang baik
dengan sesamanya. Memerlakukan orang lain dengan baik sesungguhnya adalah sama
dengan memperlakukan diri sendiri (Tattwamasi). Perilaku seperti itu selamanya
patut diupayakan dan dilestarikandalam setiap tindakan kita sebagai manusia.
Setiap individu hendaknya selalu berfikir dan bersikap profesional menurut guna
dan karma. Inilah cermi dari sosok orang yang telah mengamalkan ajaran
CaturWarna. Nah dari inilah sekarang kita akan mulai membahas mengenai beberapa
hal mengenai Susila.
B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang diatas kami dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa
itu Catur Warna dan apa saja bagi-bagiannya.?
2.
Apa
itu Catur Asrama dan apa saja bagi-bagiannya.?
3.
Apa
itu Catur Purusartha dan apa saja bagian-bagian dari Catur Purusaartha.?
4.
Apa
hubungan dari Catur Warna dan Catur Asrama.?
5.
Apa
hubungan dari Catur Asrama dengan Catur Purusartha.?
6.
Apa
Saja Contoh- contoh Penerapan Catur Warna dan Catur Asrama Dalam kehidupan
sehari- hari?
C. Tujuan
Untuk menjawab rumusan masalah diatas kami memiliki
tujuan sebagai berikut :
1.
Pengertian
Catur Warna dan bagi-bagiannya.
2.
Pengertian
Catur Asrama dan bagi-bagiannya.
3.
Pengertian
Purusartha dan bagian-bagian dari Catur Purusaartha.
4.
Menemukan
hubungan dari Catur Warna dan Catur Asrama.
5.
Menemukan
hubungan dari Catur Asrama dengan Catur Purusartha.
6.
Contoh-
contoh Penerapan Catur Warna dan Catur Asrama Dalam kehidupan sehari- hari.
BAB II PEMBAHASAN
A. CATUR
WARNA
1. Pengertian
Kata Catur
Warna berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata Vr.yang berarti pilihan.
Catur Warna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok
untuk pribadinya masing – masing. Catur Warna memiliki manfaat sangat strategis
dalam upaya meningkatkan professional umat Hindu.
Kata “
Catur Warna”dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta,dari kata
“Catur dan Warna”. Catur berarti empat dan Warna berarti
tutup,penutup,warna,bagian luar, jenis, watak, bentuk, kasta. Catur Warna
berarti empat pengelompokkan masyarakat dalam tata kemasyarakatan agama Hindu
yang ditentukan berdasarkan profesinya. Pemahaman tentang “Catur Warna” dapat dirumuskan berdasarkan sastra drstha.
Yang dimaksud pemahaman “Catur Warna” berdasarkan sastra drstha adalah
pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Warna
menurut rumusan kitab suci
Demikianlah kitab suci menyebutkan bahwa
konsepsi tentang “Catur Warna” diciptakan
oleh Sang Hyang Paramakawi.
2. Bagian
– bagian Catur Warna
1.
Brahmana
Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang berkecimpung dalam bidang
kerohanian.
2.
Kesatrya
Warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang
memimpin bangsa dan Negara.
3.
Wesya
Warna adalah atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pertanian
dan perdagangan.
4.
Sudra
Warna ialah atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pelayanan atau
membantu.
B. CATUR ASRAMA
Dilihat
dari asal katanya Catur Asrama terdiri dari kata Catur yang berarti empat ( 4 )
dan Asrama yang berarti jenjang kehidupan, tempat / lapangan. Jadi catur asrama
artinya empat jenjang yang dilalui dalam kehidupan yang berdasarkan tuntunan
rohani.
Berikut adalah membagian Catur Asrama :
Berikut adalah membagian Catur Asrama :
1.
Brahmacari
Brahmacari
berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya ilmu pengetahuan suci
dan Cari ( car ) yang artinya bergerak. Jadi Brahmacari artinya bergerak di
dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan ( masa menuntut ilmu pengetahuan ).
Dalam
kitab Nitisastra II, 1 masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 20 tahun,
dan seterusnya hendaknya kawin untuk mempertahankan keturunan dan generasi
berikutnya.
Brahmacari
juga dikenal dengan istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru
membimbing siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak
yang disebut dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini siswa dilarang
mengumbar hawa nafsu sex ,karena akan mempengaruhi ketajaman otak.
Untuk
masa menuntut ilmu, tidak ada batasnya umur, mengingat ilmu terus berkembang
mengikuti waktu dan zaman . Maka pendidikan dilakukan seumur hidup.
Dalam
kitab Silakrama , pendidikan seumur hidup dapat dibedakan menurut perilaku
seksual dengan masa brahmacari. Dengan brahmacari dapat dibedakan menjadi 3
bagian, antara lain :
a.
Sukla brahmacari artinya tidak kawin selama
hidupnya . Contoh orang yang melaksanakan sukla brahmacari . Laksmana dalam
cerita ramayana, bhisma dalam mahabarata, jarat karu dalam cerita adi parwa.
b. Sewala brahmacari artinya kawin hanya rekali
dalam hidupnya walau apapun yang terjadi.
c. Tresna ( kresna brahmacari ) artinya kawin
yang lebih dari satu kali , maksimal empat kali. Perkawinan ini diperbolehkan
apabila – istri tidak melahirkan/ istri tidak bisa melaksanakan tugas sebagai
mana mestinya.
adapun
syarat tresna brahmacari adalah :
-
mendapat persetujuan dari istri pertama
- suami harus bersikap adil terhadap irtri-istrinya
- sebagai ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
- suami harus bersikap adil terhadap irtri-istrinya
- sebagai ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
2.
Grahasta asrama
Merupakan
jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu membina rumah tangga ( dari mulai
kawin ). Kata Grahasta berasal dari dua kata. Grha artinya rumah, Stha artinya
berdiri. Jadi grahasta artinya berdiri membentuk rumah tangga. Dalam berumah
tangga ini harus mampu seiring dan sejalan untuk membina hubungan atas darar
saling cinta mencintai dan ketulusan.
Syarat-syarat
perkawinan adalah :
-
sehat jarmani dan rohani
- hidup sudah mapan
- saling cinta mencintai
- mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
- hidup sudah mapan
- saling cinta mencintai
- mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
Sejak
itu jenjang kehidupan baru masuk ke dalam anggota keluarga / anggota
masyarakat. Menurut kitab Nitisastra. Masa grahasta yaitu 20 tahun.
Adapun
tujuan grahasta adalah :
-
melanjutkan keturunan
- membina rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja dihilangkan, jangan bertengkar apalagi di depan anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak )
- melaksanakan panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
- membina rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja dihilangkan, jangan bertengkar apalagi di depan anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak )
- melaksanakan panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
3.
Wanaprasta
Wanaprasta
terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak
belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya
hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan
melepaskan diri dari ikatan duniawi.
Manfaat
menjalani jenjang wanaprasta dalam kehidupan ini antara lain :
a.
Untuk mencapai ketenangan rohani.
adapun
filsafat tentang itu :
-
orang menang, tidak pernah mengalahkan
- orang yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
- orang yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
b.
Manfaatkan sisi hidup di dunia untuk mengabdi kepada masyarakat.
c.
Melepaskan segala keterikatan duniawi
Menurut
kitab Nitisastra masa wanaprasta kurang lebih 50 – 60 tahun.
4.
Biksuka ( Sanyasin )
Kata Biksuka
berasal dari kata Biksu yang merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu artinya
meminta-minta. Masa biksuka ialah tingkat kehidupan yang dilepaskan terutama
ikatan duniawi, hanya mengabdikan diri kepada Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa
).
Ciri-ciri
seorang biksuka :
a.
Selalu melakukan tingkah laku yang baik dan bijaksana
b.
Selalu memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan orang lain bahagia.
c.
Dapat menundukkan musuh-musuh nya seperti Sadripu
-
kama = nafsu
-
loba = tamak / rakus
-
kroda = marah
-
moha = bingung
-
mada = mabuk
-
matsyarya = iri hati
C.
CATUR
PURUSA ARTHA
Catur Purusa Artha adalah empat tujuan hidup manusia
Bagian Catur Purusa Artha ialah :
Bagian Catur Purusa Artha ialah :
a.
Darma berasal dari kata “dhr” yang berarti
menjinjing, memelihara, memangku atau mengatur. Jadi Darma adalah segela
sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia beserta isinya. Didalam beberapa
sloka juga disebutkan Dharma adalah kebenaran yang abadi (agama) / sebagai
hukum guna mengatur dari segala perbuatan manusia berdasarkan pada pengabdian
keagamaan.
Disamping itu juga Dharma juga merupakan suatu tugas
sosial dimasyarakat yang berpedoman pada Catur Dharma
- Dharma
Kriya adalah mencari kedamaian dan kebahagiaan untuk keluarga dan masyarakat
umum.
-
Dharma Santosa adalah mencari kedamaian lahir
batin didalam diri sendiri
- Dharma
Jati adalah menjamin kesejahteraan kan kepentingan umun dibanding diri
sendiri(golongan).
- Dharma
putus adalah melakukan kewajiban dengan penuh keiklasan berkorban serta
bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial.
b.
Artha , kata artha berarti kekayaan atau
harta benda yang dapat dirasakan, dimiliki, dan dinikmati. Fungsi artha
biasanya adalah untuk beryadnya dan sosial
c.
Kama berarti nafsu atau keinginan yang dapat
memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup.
d.
Moksa berati ketenangan dan kebahagiaan
spiritual yang kekal abadi (suka tan pewali duka). Dan merupakan tujuan dari
agama hindu.
Jika atman dan brahman bersatu maka berakhirlah proses /
lingkaran punarbawa atau samsara bagi atman.
D.
HUBUNGAN DARI
CATUR WARNA DAN CATUR ASRAMA.
Warna seseorang dikelompokkan berdasarkan
pembawaan sifat dan fungsinya. Pembagian menjadi empat adalah berdasarkan
kewajiban. Orang orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut
pembawaannya. Dalam beberapa sloka
bhagawan gita itu menyatakan bahwa catur warna sebagai sistem tata
kemasyarakatan dalam agama hindu yang diklasifikasikan berdasarkan guna (bakat
dan sifat) dan karna (perbuatan dan pekerjaan).
Sedangkan pengertian catur warna menurut loka
drasta adalah pandangan – pandangan masyarakat yang telah dituangkan dalam
beberapa liberature yang menguraikan ajaran – ajaran agama hindu. Pemahaman
catur warna dalam kitab – kitab sejarah sering dicampur adukkan dengan
pengertian catur kasta . Kasta adalah suatu tingkatan hidup kemasyarakatan
berdasarkan darah kebangsaan. Jadi pengertian kasta dalam kitab – kitab sejarah
tidaklah sama dengan pengertian catur warna.
Catur warna diberikan pengertian dan
kedudukan yang berbeda oleh golongan tertentu dengan mencaba lebih menonjolkan
sistem kastanya. Beberapa orang juga dalam buku dan pengertian – pengertian
mereka memnyatakan bahwa catur warna adalah perbedaan yang didasarkan oleh
kasta atau kelahirannya .
Dalam kitab upadesa yg disusun oleh parisada
hidu darma pusat merumuskan “catur warna” sebagai empat sifat dan bakat
kelahirannya dalam mengabdi pada masyarakat berdasarkan kecintaan yang
menimbulkan gairah kerja. Jadi catur warna adalah empat golongan dalam
masyarakat hindu yaitu : bramana , ksatrya, waisya dan sudra. Dengan kata lain
Catur warna adalah penggolongan masyarakat memjadi empat berdasarkan tugas dan
aktifitasnya dalam masyarakat dan hal ini tidaklah bersifat turun temurun , setiap
orang dapat saja menduduki jabatan atau kedudukan asalkan memiliki kemampuan,
keahlian ,keadaan dan kondisinya mengizinkan untuk itu.jadi tergantung pula
pada karmanya.
Banyak dari beberapa pandangan yang salah itu
menjelaskan jika kedudukan sudra berada paling bawah dan merupakan pekerja
kasar , sedangkan dalam kitab manawa dharmasarstra dan sarasmuccaya tidak
mengecilkan kedudukan sudra . hanya menyebutkan bahwa eka jadi saja , itu tidak
berarti memiliki status sosila yang lebih rendah dengan warna warna lainnya .
Selanjutnya pendapat yang secara tegas
berorientasi pada ajaran agama hindu menyebutkan bahwa :
Atas dasar susila umat hindu mengenal
penggolongan – penggolongan dalam masyarakat yang berdasarkan atas bakat dan
keahlian dinamakan catur warna. Jadi masyarakat hindu sendiri tidak
terorientasi pada kasta nyatanya
masyarakat hindu kini telah kulai memisahkan masalah kasta sebagai suatu
problem sosial dengan warna sebagai suatu ajaran agama hindu untuk menata
masyarakat guna menuju masyarakat yang damai dan dinamis.
Dalam suatu lintasan hidup diharapkan manusia
mempunyai tatanan hidup melalui empat tahap program itu jadi untuk
memudahkan menuju tujuan hidup maka
agama hindu mengajarkan dan merencanakan empat jenjang tatanan kehidupan ini.
Masing masing jenjang itu memiliki warna tersendiri , dan semua jenjang itu
mesti dilewati hingga akhir hayat dikandung badan. Stelah itu diharapkan atma
menjadi satu dengan sumbernya yaitu parama atma
Hubungan antara warna satu denga warna lain
adalah bersifat tersturktur , artinya setelah orang matang menjadi brahmana
“ahli dalam ilmu pengetahuan “ maka jadilah beliau ksatrya yang akan memimpin
bangsa dan negara , guna mewujudkan
kesuburan dan kesejahteraan masyarakatnya “wesya” dan merasa terpanggil dengan
kewajiban membantu “sudra” umat memberikan pencerahan dengan berbagau macam
ajaran “ahli weda , memimpin , mengolah perekonamian dan pertanian” guna
mewujudkan Jgadhita dan Moksa.
Demikian juga dengan catur asrama, seseorang
handaknya sejak lahir sudah belajar mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan
secara baik dan benar” Brahmacari Asrama” setelah dipandang cukup dilanjutkan
dengan belajar membangun rumah tangga “grehastha Asrama “ yang kokoh dan utuh.
Selanjutnya tatkala maa berumah tangganya dipandang cukup , dilanjutkan dengan
mendalami ilmu pengetahuan dan mengasingkan diri dari keramaian duniawi
“wanaprasta Asrama” . s=dan akhirnya setelah pengetahuannya dan pengalaman
hidupnya dipandang masak atau sempurna maka dilanjutkan dengan mengabdi pada umat
“Bhisuka asrama” membangun bangsa yang jadahita dan moksa.
Hubungan antara Catur warna dan Catur asrama
adalah
1.
Pada
jenjang Brahmacari Asrama dan Brahmana warna dipandang kedua fase ini sama –
sama menekuni bidang pendidikan dan pembelajaran.
2.
Pada
Fase Grehastha Asrama dan Ksatrya warna ,dipandang kedua fase ini sama- sama
merupakan fase untuk belajar memimpin.
pada saat membangun rumah tangga pad jenjang grehastha asrama ,
seseorang dihadapkan dengan belajar memimpin.
3.
Pada
fase wanaprasta asrama dan wesya warna, dipandang sama –sama memerlukan
pengalaman baru dengan belajar melalui pengasingan diri “wanaprasta asrama”
guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan “wesya warna” karena
lebih terfokus pada kebahagian dalam kebersamaan.
4.
Pada
fase bhisuka asrama dengan sudra warna , dipandang sebagai akhir untuk
menjadikan sang diri pribadi yang sadhu gunawan hendaknya bergerak dab menjadi
pengabdi setia kepada masyarakan dan dharma “bhisuka”
E. HUBUNGAN CATUR ASRAMA
DENGAN CATUR PURUSA ARTA
Dari skema diata maka, hubungan antara Catur
Asrama dengan Catur Purusartha dapat dijelaskan sebagai berikut : Catur
Purusartha adalah landasan moral bagi umat untuk meujutkan ajaran Catur asrama.
Dalam fase kehidupan , umat hindu memiliki kewajiban moral untuk meujutkan
tujuan beragama dan bernegara. Pada fase pertama yaitu Brahmancari ,umat
hendaknya lebih mengutamakan untuk melaksanakan Dharma dari pada mendapatkan
kekayaan(Artha), mengisi segala keinginan(kama) dalam mencapai kebahagiaan
(moksa) sebagai tujuan hidup.
Pada fase kedua yaitu Greahastha, umat
hendaknya mengusahakan dan mengutamakan Artha dan kama berlandaskan Dharma
untuk mengwujutkan rumah tangga yang harmonis. Tatkala berada pada masa
Wanaprastha, meengurangi kama untuk melepaskan ikatan keduniawian. Sehingga
pada fase Bhiksuka moksa dapat tercapai.
Jadi , Catur Purusartha memiliki hubungan
yang sinergis dengan catur Asrama. Karena catur Purusartha merupakan landasan
moral untuk melakukan Catur Asrama. Tampa landasan Catur Purusarta nampaknya
sulit konsep ajaran Catur Asrama dapat dilaksanakan
F. PENERAPAN
CATUR ASRAMA DAN CATUR WARNA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DI MASYARAKAT
Pada saat negerinya diserang oleh
musuh-musuhnya, pandawa maju ke medan perang untuk meperthankan keselamatan masyarakat,bangsa,
dan negaranya dari kejaran pemberontak. Panca pandawa merupakan sosok pemimpi
Ksatrya yang gagh berani. Seiring dengan berputarnya waktu, anca pandawa
membangun sebuan rumah tangga yang harmonis dan utuh dengan seorang ibu yang
utama Grehastha Asrama. Selama dua belas tahun terbuang dihutan, panca pandawa
memasuki fase Wanaprastha. Saat berupaya memajukan perekonomian negerinya
sehingga masyarakat mnjadi sejahtera panca pandawa tampil sebagai Wesya Warna.
Setelah terbuang panca pandawa menjadi pembantu disebuah kerajaan Sudra Warna
dalam catur warna. Dengan menjadi pengajar diberbagai bidang ilmu terutama ilmu
bidang seni dan agama, ini berarti panca pandawa berada pada fase Bhiksuka
dalam Catur Arsrama.
Demikian juga, pada saat berada ditengah-tengah
lingkungan kita,. Sejak kecil diajar oleh oranng tua dan juga disekolahkan
sampai tamat dengan jenjang pendidikan tertentu dan dewasa. Dalam catur warna
fase ini tergolong Brahmana Warna. Sedangkan dalam catur Asrama termasuk sedang
mengikuti masa Brahmancari Asrama. Dengan memiliki ketrampilan tertentu
selanjutnya mampu membangun rumah tangga sekaligus menjadi pemimpin rumah
tangga yang dibangunnya. Hal ini tergolong “Grehastha” dalam catur Asrama dan
“Ksatrya” dalam catur Warna. Tanggung jawab lahir dalam rumah tangga yang
dibangun telah selesai, dengan meningkatkan kehidupan berumah tangga,
mengelolah pertanian, dan perdagangan utuk kemakmuran masyarakat banyak adalah
wujut dari fase”Wanaprastha” dalam catur asrama dan tergolong “Wesya Warna “
dalam catur warna. Akhirnya mempersiapkan diri untuk mendalami kerohanian,
mengajarkan , dan menyebarkan Dharma, dengan suatu pelayanan yang tulus adalah
merupakan wujut dari”Sudra Warna’ dalam Catur Asrama dan “Bhiksuka Asrama”
dalam catur Asrama
Selain penerapan diatas, juga Catur warna dalam kehidupan
sehari-hari sudah tidak menonjol. Ini dikarenakan arus perubahan jaman yang
semakin maju sehingga banyak umat Agama Hindu yang tidak peduli lagi dengan
catur warna. Contoh nyata ialah dulu hanya golongan brahmana yang mengajarkan
tentang agama namun sekarang siapa pun bisa sehingga bagian – bagian dari catur
warna sudah tidak terlalu ditegakkan kerana manusia sekarang lebih mengutamakan
Arta atau kekayaan.
BAB
III
PENUTUP
Ø
Kesimpulan
Dari penjelasan didepan maka kami dapat menarik
kesimpulan yaitu catur Asrama ialah empat jenjang kehidupan manusia sedangkan
Catur Warna ialah empat profesi yang dipilih oleh manusia. Dan Catur purusa
Arta adalah empat tujuan hidup manusia. Jadi ketiganya ini membentuk hubungan
yang salaing terkait antara yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat
mengantarkan umat hindu ke damaian dan kebahagiaan.
Namun ketigaanya ini tidak dapat dilakukan secara
bersamaan karena ketiganya ini adalah tahapan-tahapan kehidupan yang
mengantarkan manusia menuju kedamaian.
Demikianlah isi dari makalah dari kami,
walaupun kami dapat menyelesaikan makalah ini tapi masih banyak
kesalahan-kesalahan yang belumkami ketahuai jadi mohon dimaklumi. Saran dan
kritik dari pembaca sangan kami nantikan untuk kesempurnaan makalah ini.
v Daftar
pustaka
o Wiarsa, I ketut, Genitri pendidikan agama
hindu kelas 12, Tri Agung , Denpasar 2010
•
TEST/
EVALUASI MATERI AGAMA HINDU
1. Sebutkan 3 Kerangka
dasar agama hindu
Jawab
:......................,.........................dan..........................................
2. Apa itu catur warna?
Jawab
:.................................................................................................
.................................................................................................
3. Sebutkan dan Jelaskan
Bagian- bagian Catur Warna!
Jawab :
1..............................................................................................
2...............................................................................................
3................................................................................................
4...............................................................................................
4. Pada Catur Asrama
arti kata “asrama “ adalah
Jawab
:................................................................................................
5. Sebut serta jelaskan bagian-bagian dari Catur Asrama.!
Jawab :1................................................................................................. 2.................................................................................................
3.................................................................................................
4.................................................................................................
6. Kata “wana” pada
wanaprasta asrama berarti?
Jawab
:...................................................................................................
7. Brahmacari Asrama
dapat dibagi menjadi 3 yaitu....
Jawab
:1..................................................................................................
2...................................................................................................
3..................................................................................................
8. Sukla Brahmacari
artinya?
Jawab
:.....................................................................................................
9. Grehasta asrama adalah
fase ?
Jawab
:.....................................................................................................
10. Catur Purusa artha
adalah..
Jawab :......................................................................................................
11. Sebutkan Bagian- bagian dari catur Purusa Artha.!
Jawab :1...................................................................................................
2...................................................................................................
3....................................................................................................
4....................................................................................................
12. Darma pada Catur
Purusa Arta artinya?
Jawab :
......................................................................................................
13. Beri satu contoh
mengenai hubungan Catur Warna dengan Catur Asrama!
Jawab
:.......................................................................................................
........................................................................................................
14. Berikan satu contoh
mengenai hubungan Catur Asrama Dengan Catur Purusa Arta!
Jawab
:.......................................................................................................
........................................................................................................
15. Pada saat Panca
pandawa mengalami pengasingan 12 tahun dihutan mereka mengalami
Fase................ Dalam Catur Asrama.
Jawab :...............................................................................................................