MENGENAL MACAM KARYA SASTRA
Macam (genre) karya sastra yaitu prosa
cerita, puisi, dan drama/film.
A. Karya Sastra Bentuk Prosa
Karangan
prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai
suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk
prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat imajinatif dan karya
sastra yang bersifat nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Dalam
khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut
temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku
bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya
sastra prosa baru. Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr.
J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis,
sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya
sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk
hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan
Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat
anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis
(senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris ( cerita
mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen,
novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan
kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh
kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa pengarangnya
karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis
Prosa lama
Prosa
lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek
pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh
barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra
Indonesia. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan
secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk
tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat
Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak
itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia
mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama
adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak
mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri.
Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang
dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin
Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang
pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk
prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta
kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita
yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah
cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya.
Contoh: Seribu Satu Malam
Prosa Baru
Prosa
baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau
budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni
sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G.
Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa
baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang
mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek
kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang,
banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh
segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir
Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang
Tak Kunjung Padam
2. Riwayat adalah suatu
karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri
(otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa
atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak
Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar
Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya
yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang
berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit
Birukarya Ayip Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat
perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat
perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke
Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6. Cerpen adalah suatu
karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh
dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan
Usman. Corat-coret di Bawah Tanahkarangan Idrus.
7. Novel adalah suatu
karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar
biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB.
Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang
menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi
alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya
objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah
pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya
bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek
seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan
penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau
dinikmati.
10.Esei adalah ulasan/kupasan
suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya.
Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang
budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut
selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat
pribadi.
B. Puisi
Puisi
adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a. tema adalah tentang apa puisi
itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan
kepada pembaca
c. rima adalah
persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah
perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun naik
lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan
bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang
diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah pilihan
kata/ungkapan
i. tipografi adalah
perwajahan/bentuk puisi Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan
puisi baru.
Puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi rakyat yang
tak dikenal nama pengarangnya
2. disampaikan lewat mulut ke
mulut, jadi merupakan sastra lisan
3. sangat terikat oleh
aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1. mantra adalah ucapan-ucapan
yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2. pantun adalah puisi yang
bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12
suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.
Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti
pantun tetapi pendek
4. seloka adalah pantun berkait
5. gurindam adalah puisi yang
berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah puisi yang bersumber
dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau
cerita
7. talibun adalah pantun genap yang
tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi
kisah/cerita
2. himne adalah puisi pujaan untuk
Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk
orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi
tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi
luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi
ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi
sindiran/kritik
C. Drama/Film
Drama
atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan aspek pementasan.
Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario.
Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur,
perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting,
busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton),
casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain.
Drama
adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa Yunani). Sedangkan dramatik adalah
jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik dan
perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama dimana sandi adalah rahasia
dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Unsur pembentuk drama
Drama dibentuk oleh dua unsur yaitu :
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1. Unsur-unsur
intrinsik teks drama
a. Definisi
Unsur intrinsik teks drama adalah
unsur yang terdapat di dalam sebuah drama. Teks drama atau drama naskah disebut
juga sastra lakon, sebagai salah satu genre sastra, drama naskah
dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna).
Wujud fisik sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur. Dasar teks drama
adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan, konflik manusia itu biasanya
terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya. Dengan pertikaian itu
muncullah drama aksi yang menjadi daya pikat suatu naskah drama ditentukan oleh
kuatnya dramatik aksi ini.
Unsur –unsur intrinsik teks drama
Apabila menyebut istilah drama, maka
kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas.
Keduanya bersumber pada drama naskah. Oleh sebab itu pembicaraan tentang drama
naskah merupakan dasar dari telaah drama. Berikut akan dibahas tentang
naskah/teks drama yaitu pada unsur-unsur intrinsik teks drama yang meliputi plot,
penokohan, dialog, tema, dan amanat.
1). Plot atau Kerangka Cerita
Plot merupakan jalinan cerita atau
kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh
yang berlawanan. konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat
dua tokoh utama itu bertentangan, misalnya: kebaikan kontra kejahatan, tokoh
sopan kontra tokoh brutal, tokoh pembela kebenaran kontra bandit, tokoh
kesatria kontra penjahat, tokoh bermoral kontra tokoh tidak bermoral, dan
sebagainya. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai
titik klimaks. Setelah klimaks akan menuju penyelesaian.
Jalinan konflik dalam plot itu
biasanya meliputi hal-hal berikut ini.
a. Protasis atau
jalinan awal cerita.
b. Epitasio
c. Katarsis
d. Catastrophe
(aristoteles)
Gustaf freytag memberikan
unsur-unsur plot ini lebih lengkap, yang meliputi:
a. Eksposition atau
pelukisan awal cerita
b. Komplikasi atau
pertikaian awal
c. Klimaks atau
titik puncak cerita
d. Resolusi
atau penyelesaian atau falling Action
e. Catastrophe
atau denoument atau keputusan
Plot drama ada tiga jenis, yaitu
sebagai berikut.
a. Sirkuler,
artinya cerita berkisar pada satu peristiwa saja.
b. Linear,
yaitu cerita bergerak secara berurutan dari A-Z
c. Episodik,
yaitu jalinan cerita itu terpisah kemudian bertemu pada akhir cerita.
Alfred N. Frieman (1975) merinci alur
berdasarkan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Alur peruntungan;
terdiri atas alur gerak, alur pedih, alur tragis, alur penghukuman, alur sinis,
alur sentimental, dan alur kekaguman.
b. Alur penokohan; terdiri
atas alur kedewasaan, alur perbaikan, dan alur pengujian.
c. Alur pemikiran; terdiri
atas alur pendidikan, alur pembuka rahasia, alur perasaan sayang, dan alur
kekecewaan.
2). Penokohan dan perwatakan
Penokohan erat hubungannya dengan
perwatakan. Susunan tokoh (drama personal) adalah daftar tokoh-tokoh yang
berperan dalam drama itu. Dalam susunan tokoh itu, yang terlebih dahulu
dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan
kejiwaannya itu. Penulis lakon sudah menggambarkan perwatakan tokoh-tokohnya.
Perwatakan tokoh itu akan menjadi
nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping. Jenis dan warna dialog akan
menggambarkan watak tokoh itu. Dalam wayang kulit atau wayang orang,
tokoh-tokohnya sudah memiliki watak yang khas, yang didukung pula dengan
gerak-gerik, suara, panjang pendeknya dialog, jenis kalimat dan ungkapan yang
digunakan.
Klasifikasi tokoh
Tokoh-tokoh dalam drama dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa seperti berikut ini:
a. Berdasarkan
peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh seperti di
bawah ini:
a). Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang
mendukung cerita. Biasanya ada dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh
tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b). Tokoh antagonis, yaitu tokoh
penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan
beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
c). Tokoh tritagonis, yaitu tokoh
pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis
b. Berdasarkan
peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai
berikut:
a). Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh
yang paling menentukan gerak lakon. Mereka merupakan proses perputaran lakon
tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral
adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
b). Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung
atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh
sentral. Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.
c). Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh
yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita.
Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Tidak semua lakon
menampilkan kehadiran tokoh pembantu.
Perwatakan
Perwatakan adalah
karakter atau watak yang diberikan oleh pengarang kepada tokohPerwatakan para
tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (dimensional). Penggambaran itu
berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan
sosiologis). Keadaan fisik biasanya dilukiskan paling dulu, baru kemudian
sosialnya. Pelukisan watak pemain dapat langsung pada dialog yang mewujudkan
watak dan perkembangan lakon, tetapi banyak juga kita jumpai dalam catatan
samping (catatan teknis).
a. Keadaan fisik
Yang termasuk keadaan
fisik tokoh adalah: umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri
khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek,
kurus/gemuk, suka senyum/cemberut, dan sebagainya.
b. Keadaan psikis
Keadaan
psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mentalitas, standart moral,
temperamen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan yang emosinya,
dan sebagainya.
c. Keadaan sosiologis
Keadaan sosiologis tokoh meliputi
jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya.
3). Dialog (percakapan)
Ciri
khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dalam
penyusunan dialog ini pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan
yang ditulis oleh pengarang. Naskah drama adalah pembicaraan yang akan
diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan diatas panggung. Bayangan pentas
diatas panggung merupakan mimetik (tiruan) dari kehidupan
sehari-hari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan pembicaraan
sehari-hari.
Disamping
memiliki kemungkinan pentas, dialog yang baik juga memiliki nilai literer,
artinya memiliki keindahan bahasa. Keindahan bahasa itu tidak boleh mengganggu
makna yang terkandung dalam naskah, artinya walaupun indah tetap
komunikatif.
4). Setting/ landasan/tempat kejadian
Setting atau tempat kejadian cerita
sering pula disebut latar cerita. Penentuan ini harus secara cermat sebab drama
naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk dipentaskan. Setting biasanya
meliputi: tiga dimensi, yaitu: tempat, suasana, dan waktu.
Setting tempat tidak berdiri sendiri.
Berhubungan dengan waktu dan ruang. Misalnya, tempat di Jawa, tahun berapa, di
luar rumah atau di dalam rumah. Untuk cerita Diponegoro misalnya, tempatnya
jelas di daerah istimewa Yogyakarta, pada tahun antara 1825-1830, tempatnya di
desa, baik di dalam rumah maupun di medan gerilya. Dengan rumusan tersebut,
kita dapat membayangkan tempat kejadian dengan hidup. Hal ini berhubungan
dengan kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lainnya jika drama
ini dipentaskan.
Setting waktu juga berarti apakah
lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore, atau malam hari. Siang atau malam di
desa dan di kota akan berbeda pula keadaannya. Dimana terjadinya? Di ruang
sebuah keluarga modern yang kaya akan lain dari ruang keluarga tradisional yang
miskin. Jadi, waktu juga harus disesuaikan dengan ruang dan tempat. Di depan
telah disinggung bahwa waktu juga berarti zaman terjadi lakon itu.
5). Tema/ Nada Dasar Cerita
Tema
merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan
premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah
drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandangan
ini sering dihubungkan dengan aliran yang dianut oleh pengarang tersebut.
Tema
merupakan “struktur dalam” dari sebuah karya sastra. Tema juga berhubungan
dengan sudut pandang atau point of view; sudut darimana pengarang memandang
dunia ini, apakah dari segi bahagia, duka, mengejek, mencemooh, harapan,
ataukah kehidupan ini sama sekali tidak bermakna. Sudut pandang sering
dihubungkan pula dengan sebagai apakah pengarang sebagai orang pertama atau
ketiga, dalam drama, pengarang dapat berperan sebagai orang yang terlibat
gagasannya dengan dialog drama, dapat pula hanya sebagai penyaji
alternatif-alternatif. Drama-drama Rendra, dimana Rendra turut terlibat dalam
lakon tersebut, kendatipun dia menyadur karya orang lain.
6). Amanat/ Pesan Pengarang
Amanat
yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya harus dicari oleh
pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama sadar atau tidak sadar pasti
menyampaikan amanat dalam karyanya itu. Pembaca cukup teliti akan dapat menangkap
apa yang tersirat dibalik yang tersurat. Jika tema karya sastra berhubungan
dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, maka amanat berhubungan dengan
makna (signifikan) dari karya itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan
khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap pembaca
dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya, dan semuanya
cenderung dibenarkan. Tema bersifat objektif. Ada drama yang bertema ketuhanan,
perikemanusiaan, cinta, patriotisme, kritik sosial, renungan hidup, dan
sebagainya. Amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang perlu diberikan
beberapa alternatif. Didalam menafsirkan amanat itu, kita dapat bersifat
akomodatif.
Amanat sebuah drama akan
lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu biasanya
memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Jika meminjam istilah Horce
dulce et utile, maka amanat itu menyorot pada masalah utile atau manfaat yang
dapat di petik dari karya drama itu. Dalam keadaan demikian, karya yang jelek
sekalipun akan memberi manfaat kepada kita, jika kita mampu memetik manfaatnya.
Cerita-cerita wayang yang diambil dari
Mahabarata biasanya memberi amanat bahwa kebaikan pasti mengalahkan kejahatan.
Demikian pula Ramayana. Jika ditelusuri lebih jauh, amanat kedua cerita itu
berbeda, bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, disisi kebaikannya terdapat
sisi kejahatan, dan diantara sisi kejahatan manusia, ada sisi baiknya. Dalam
Ramayana, amanat semacam itu tidak kita jumpai.
2.2.1 Unsur
ekstrinsik teks drama
Unsur ekstrinsik adalah segala macam
unsur yang berada di luar teks drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan
teks drama tersebut. Unsur-unsur itu antara lain biografi atau riwayat hidup
pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masyarakatnya yang
dianggap dapat memberikan masukan yang menunjang penciptaan karya drama
tersebut.
Jenis drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan
dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi
Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Seiring
dengan perkembangan dunia sastra akhir-akhir ini mulai terjadi pembatasan yang
tipis antara khayalan dan kenyataan. Oleh sebab itu mulai dibicarakan pembagian
sastra yang lain. Dalamperkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b)
sastra non-imajinatif.
Sastra imajinatif mempunyai ciri
a. isinya bersifat khayali
b. menggunakan bahasa yang konotatif
c. memenuhi syarat-syarat estetika
seni.
Sedangkan sastra non-imajinatif
mempunyai ciri-ciri
a. isinya menekankan unsur
faktual/faktanya.
b. Menggunakan bahasa yang cenderung
denotatif.
c. Memenuhi unsur-unsur estetika seni.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika
seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan (unity), keselarasan (harmony),
keseimbangan (balance), fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis).
Sedangkan perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif
sepenuhnya bersifat khayal/fiktif, sedangkan isi sastra non-imajinantif
didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif,
sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif. Bentuk karya sastra
yang termasuk karya sastra imajinatif adalah
a. Puisi : 1. Epik 2. Lirik 3.
dramatic
b. Prosa : 1. Fiksi (novel, cerpen,
roman) dan 2. Drama (drama prosa, drama puisi)
Bentuk karya sastra yang termasuk
sastra non-imajinatif adalah
a. Esai, yaitu karangan pendek tentang
suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
b. Kritik, adalah analisis untuk
menilai suatu karya seni atau karya sastra.
c. Biografi, adalah cerita tentang
hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.
d. Otobiografi, adalah biografi yang
ditulis oleh tokohnya sendiri.
e. Sejarah, adalah cerita tentang
zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak
tertulis.
f. Memoar, adalah otobiografi tentang
sebagian pengalaman hidup saja.
g. Catatan harian, adalah catataan
seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.
No comments:
Post a Comment